ACEHFOOTBALL.net — Sabtu pagi lalu, saya menyaksikan pertandingan uji coba Young Warrior versus Bina Sentra di lapangan Batalyon Arhanud, Serpong. Sejak jam enam pagi, para orangtua sudah tiba di lapangan dengan semangat untuk menyaksikan anaknya berlaga.
Membawa makanan bernutrisi yang sudah disarankan pelatih untuk disantap para pemain usia dini yang punya mimpi kelak menjadi pesepakbola berkualitas yang bisa membela Tim Nasional Indonesia.
Mereka sepekan berlatih tiga kali dalam sepekan yakni Senin, Rabu, Jumat — untuk mengangkat potensinya. Ini ilustrasi mewakili sekolah sepakbola yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
Bersama Save Our Soccer saya pun sudah melakukan riset ke sejumlah daerah tentang sepakbola Nasional. Dari Provinsi Aceh (ada lapangan bantuan dari federasi sepakbola Internasional — FIFA —, sampai Wamena.
Sepakbola Indonesia kaya talenta. Bahkan, di era 1970-an disebut sebagai Brasil-nya Asia, karena hebatnya pembinaan saat itu dengan memberdayakan kompetisi Perserikatan.
Dibekali lebih dari 270 juta jiwa Sumber Daya Manusia dengan beragam suku bangsa dan karakternya. Lebih besar dari daratan Eropa. Bakat-bakat besar tersebar. Maka dari itu, INDONESIA TAK BUTUH NATURALISASI! Lalu, apa masalahnya saat ini sepakbola Indonesia sulit berprestasi?
Masalahnya ada di pembinaan. Mulai dari program dan kurikulum yang sistemik sampai soal mindset. Kita malas membina. Maunya pakai cara instan. Ditambah ambisi harus juara menghalalkan berbagai cara ikut mempengaruhi mental. Plus tentunya, edukasi soal gizi dan nutrisi yang tak pernah disentuh.
Spanyol butuh 20 tahun berproses membina sampai akhirnya merajai Eropa dan dunia. Jerman perlu 13 tahun untuk kembali juara dunia. Mereka berpikir sistemik dengan membangun pondasi. Tidak instan. Berproses.
Mereka juga menciptakan kompetisi berjenjang dan kompetisi profesional yang sehat. Di Indonesia, kolam yang disediakan kotor. Akhirnya bibit potensial di usia muda tidak berkembang baik, malah jadi sakit.
Akibat keruhnya kolam penyemaian. Inilah problem utama bola kita yang harus dibenahi pemerintah dan federasi agar bisa berprestasi. BUKAN NATURALISASI!
***
Diari Akmal adalah nama rubrik baru di acehfootball, yang tak lain catatan pribadi Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS). Bung Akmal, tak keberatan, postingannya di Instagram @akmalmarhali20 ditayangkan lebih luas pada situs ini.
Komentar