Oleh: Hanif Marjuni*
Corporate Media and Public Relation Manajer LIB
Sepak bola Indonesia dalam posisi yang serba susah. Kompetisi di semua kasta, terhenti karena pandemi Covid-19. Jika dirunut, masa penantian sudah terjadi lebih dari delapan bulan. Terhitung sejak Maret 2020 lalu.
Apa lacur, hasrat untuk memulai kompetisi itu terbentur tembok yang tebal. Ketika semua klub Liga 1 dan Liga 2 sudah menyatakan siap untuk melanjutkan kompetisi, izin keramaian belum juga dikantongi.
Padahal beragam cara dan kebijakan sudah dilakukan PT LIB dan PSSI. Contohnya, berkomunikasi dengan pihak kepolisian hingga instansi terkait lainnya. Lalu, dalam pelaksanaan kompetisi profesional, sudah menyiapkan protokoler kesehatan sedetail dan selengkap mungkin.
Lebih dari itu, pertandingan juga digelar tanpa penonton dan suporter. Steril! Tak ada penonton di dalam stadion. Begitu juga dengan di luar stadion. Diharamkan ada penumpukan massa.
Pada medio Oktober lalu, para pelaku, terutama Liga 1 dan Liga 2 juga sudah menunjukkan komitmennya. Mereka bersuara akan patuh dengan himbauan pemerintah. Mereka juga meminta kompetisi bisa diizinkan bergulir 1 November lalu.
Lagi-lagi, tembok itu, masih tebal. Izin dari pihak kepolisian untuk melanjutkan kompetisi lagi, belum juga turun. Pemain, pelatih, suporter dan klub pun, sempat gamang.
Parahnya, ada dari mereka yang membanding-bandingkan dengan kerumunan massa pada kegiatan lain. Dianggap kurang fair. Tak adil.
PT LIB dan PSSI akhirnya mengambil sikap tegas.
Pekan lalu, diumumkan ke publik jika kompetisi akan dilanjutkan pada awal tahun depan. Tepatnya awal Februari 2021.
Seperti biasa, respon klub beragam. Ada yang kecewa, ada yang bungah. Ada juga yang datar-datar saja alias patuh dengan putusan itu. Tak sedikit pula yang menilai bahwa melanjutkan kompetisi pada awal tahun depan merupakan opsi yang paling logis.
Cocok dengan kondisi saat ini. Baik kondisi pandemi Covid-19 atau fakta yang terjadi di Sebagian besar klub Liga 1 dan Liga 2.
Pertanyaan kritis pun, kembali muncul ke permukaan. Akankah izin keramaian akan diturunkan pada saat Februari 2021 nanti atau justru ditangguhkan lagi?
Jika parameternya sampai saat ini, pertanyaan itu memang belum bisa dijawab.
Banyak kemungkinan. Namun, sesungguhnya ada harapan yang sangat besar agar izin keramaian keluar dan kompetisi bisa bergulir seperti biasanya.
Sebagai orang awam, ada sedikit pertanyaan retoris tentang perizinan ini. Begini logika sederhananya. Besar kemungkinan pada Februari 2021 nanti, tidak ada agenda nasional yang membuat konsentrasi pihak pengamanan terbelah.
Dalam artian, hajatan nasional yang berupa pilkada dan kegiatan turunannya, sudah selesai.
Jika dalihnya kerawanan pada pandemi covid-19, sekali lagi, akan sulit ditebak. Tidak ada yang sanggup menjamin akan bisa memberikan jawaban yang akurat. Syukur-syukur, jika bisa angka pandemi itu turun drastis.
Nah, dalam konteks ini, bukannya pemerintah meminta semua beradaptasi dengan pandemi Covid-19? Waspada dan selalu menjaga kesehatan tubuh, mutlak diperlukan. Tetap produktif di situasi yang kurang kondusif, harus dijalankan.
Oh ya, satu lagi. Vaksinasi Corona juga akan disebarluaskan pemerintah ke masyarakat mulai Januari tahun depan. Konon, jika sudah divaksin, seseorang akan aman dari virus Corona selama maksimal dua tahun.
Nah, dengan begitu, menurut nalar saya, tidak ada lagi alasan kuat yang membuat izin keramaian pada Februari 2021 tidak dikeluarkan. Lagi pula, terlalu besar risikonya jika izin ditangguhkan (lagi).
Izin, turunlah…
—
Dari Redaksi:
Tulisan ini disadur dari wibsite resmi PT Liga Indonesia; liga-indonesia.id. Judul aslinya; Izin Turunlah…
Komentar