Oleh Boy Ferdian
Cabang Sepak Bola PON Aceh-Sumut meninggalkan sebuah cerita yang kontroversial dengan wasit Eko Agus Sugiharto menjadi Bintang Lapangan saat Aceh menghadapi Sulteng pada laga delapan besar lalu.
Terlepas dari insiden yg di akibatkan kepemimpinan wasit yg nyeleneh pada malam itu, anak-anak Aceh dan Aceh sebagai tuan rumah PON dibully habis-habisan oleh netizen se-nusantara yang tiba-tiba seakan menjadi orang suci.
Mereka lupa, ajang sebesar Sea Games pun tak luput dari kecurangan dan keberpihakan pengadil kepada atlit atau tim tuan rumah.
Penonton Aceh juga tidak suka dengan apa yang terjadi saat Aceh versus Sulteng, dan saya pun mengecam pihak atau oknum yang mungkin saja ada yang coba bermain pada pertandingan malam itu.
Akhirnya partai semifinal pun di gelar dan Aceh harus mengakui keunggulan Jawa Timur yg dilatih putra Aceh Fachry Husaini.
Saya rasa hasil semalam cukup adil sebagai hukuman dan pembenaran dari netizen yang terus menerus memojokkan tim Aceh. Kami sebagai orang Aceh bangga dengan perjuangan tim sepak bola Aceh.
Gazi Al-Ghifari.cs sudah berjuang maksimal dengan menunjukkan permainan yang menarik sejak dari fase grup dan tanpa bantuan wasit.
Laga melawan Sulteng bukanlah laga yang mereka inginkan berakhir seperti itu, mereka anak anak yang polos dan bermain sesuai instruksi pelatih. Dan bahwa kepemimpinan wasit yang Agak Laen itu pastilah disebabkan ada tangan tangan jahil yang ingin merusak dan menjatuhkan marwah Aceh dalam cabang sepak bola dan imbasnya Aceh sebagai tuan rumah PON.
Apapun itu, kami bangga pada perjuangan semua atlit Aceh pada PON kali ini, dan kalian yang di luar sana jangan merasa paling suci paling sportif, jangan Naif. From Hero to Zero and Back to The Best
Komentar