Penulis Boy Ferdian
Menyebut nama stadion Haji Dimurthala (dulunya Stadion Lampineung) tak lepas dari hegemoni sebuah klub tua kebanggaan Aceh yaitu Persiraja.
Ya.., klub ini bermarkas di stadion yang terkenal angker dan sangat mengintimidasi semua tim yang datang saat harus melawan Tim Persiraja.
Dulu, semua tim lawan yang bermain di sini jangan pernah berharap pulang dengan kepala tegak. Bahkan pemain lawan ada yang bingung manakala wasit baru saja meniup pluit tanda dimulainya pertandingan.
Lalu dalam hitungan menit gawang mereka sudah kebobolan.
Legenda-legenda Persiraja sejak era Nasir Gurumud cs, A Gamal hingga Irwansyah menjadi tim yang amat ditakuti apabila bermain di stadion ini.
Zaman berubah dan era pun telah berganti. Stadion tua yang lapuk sudah berumur kurang lebih 45 tahun ini sudah mulai termakan usia.
Untunglah Aceh menjadi tuan rumah PON XXI sehingga kementerian PUPR menggelontorkan dana milyaran guna merenovasi Stadion H Dimurthala Lampineung karena menjadi venue cabang sepak bola.
Wajah stadion keramat inipun kini telah berganti menjadi sedikit lebih berkelas. Kita harus berterima kasih kepada Pemerintah Aceh, khususnya Dispora dan KONI Aceh yang sudah memperjuangkan tuan rumah PON. Jangan bilang kita tidak perlu atau tidak suka dengan PON.
Kita sudah mulai menikmati hasilnya. Lapangan bagus, stadion tampil lebih segar. Penataan cahaya, rumput, tribun hingga ornamen-ornamen di sekitar Stadion telah merubah wajah stadion Lampineung ini kini lebih bergairah.
Warga kota Banda Aceh dan Persiraja tentunya harus bersyukur bahwa kini homebase Laskar Rencong telah selesai dan tentu harapan kita. Lalu, agar semua fasilitas yang telah dibangun ini dapat di jaga dengan baik tidak saja oleh Pemerintah Kota sebagai pemilik sah stadion. Masyarakat yang datang untuk menonton pertandingan juga wajib dan semuanya harus menjaga aset berharga ini agar tidak rusak oleh tangan-tangan jahil.
Pemerintah Kota harus mampu menjaga aset ini agar terpelihara dengan baik. Persiraja harus menjaga atmosfer stadion agar selalu mampu menghadirkan semangat juang tim dan menjaga marwah menjadi tim yang tidak terkalahkan. Masyarakat bisa datang dengan mendukung tim serta menjaga agar fasilitas tidak rusak.
Stadion tua yang kadang sering dijuluki Old Trafford-nya Banda Aceh di kalangan para pencinta bola tanah rencong kini telah berbenah tanpa menghilangkan sejarahnya. Para legenda yang telah mengharumkan sepak bola Aceh pasti akan bangga bila sejarah stadion ini tetap terjaga dan marwah serta keangkerannya tetap menjadi momok bagi tim tim luar yang bertandang ke sini.
Dan masih dalam suasana PON XXI ini, apalagi setelah melihat animo bola Aceh Mania saat laga perdana Aceh VS Banten yang membludak, maka sekali lagi jangan sampai fanatisme merusak fasilitas yang sudah di bangun.
Semua kita wajib menjaga fasilitas yang sudah dibangun dengan sangat baik ini dan jangan seenaknya merusak. Mari semua kita bersikaplah sebagai penonton dan suporter yang fanatis tapi bermoral. Bravo sepak bola Aceh…!
Komentar