ACEHFOOTBALL.net — Bukannya fokus kampanye Gerakan Disiplin Protokol Kesehatan lewat kekuatan atlet di tengah Pandemi Covid-19. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) justeru sibuk mengurus proses naturalisasi.
Bersama Komisi III DPR-RI, Menpora Zainudin Amali menyetujui permohonan naturalisasi tiga atlet basket Kimberley Pierre Louis, Lester Prosper, Brandon Van Dorn Jawato, dan seorang pesepakbola Marc Anthony Klok. Betul naturalusasi hak setiap personal. Tapi, sebagai negara hukum ada Undang-Undang yang mengikat dan harus dipatuhi. Naturalisasi sesuai makna dasarnya harusnya natural alias alami. Tidak dipaksakan.
UU Nomor 12 Tahun 2006 pasal 9 telah menegaskan naturalisasi bisa dilakukan minimal sudah tinggal 5 tahun beeturut-turut atau 10 tahun tak berturut-turut. Bisa lebih cepat seperti pasal 20 asalkan yang bersangkutan berjasa kepada bangsa dan negara Indonesia. Apakah ini sudah sesuai UU?.
Dalam konteks sepakbola Statuta FIFA terkait FIFA Eligibility Rules di pasal 7 soal naturalisasi ditegaskan syaratnya Pemain lahir di negara bersangkutan, salah satu orang tua kandung pemain lahir di negara tersebut, kakek atau nenek sang pemain lahir di negara tersebut, dan pemain telah menetap di negara tersebut selama lima tahun, terhitung saat usianya mencapai 18 tahun. Ketika semua aturan ditabrak apa yang bisa dibenarkan dari naturalisasi?
https://www.instagram.com/p/CGFUJSCpqnc/
Tugas Kemenpora berdasarkan UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaaan Nasional adalah melakukan pembinaan, bukan menaturalisasi. Inpres Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional Nomor 3 Tahun 2019 juga menekankan pembinaan dari level grasroot. Lalu apa manfaat dari naturalisasi yang dilakukan sejak tahun 2010 di sepakbola Indonesia? DELUSIONAL.
Tak ada manfaatnya sama sekali. Hanya kepentingan bisnis. Buktinya, prestasi timnas makin terpuruk. Ranking 179 FIFA. Tanpa naturalisasi PSSI pernah berada di ranking tertinggi: 76 pada 1998. Kini, jumlah pemain naruralisasi Indonesia berada di posisi teratas dibandingkan negara Asean, seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina.
Mohon Pak Joko Widodo (Jokowi) bisa melakukan evaluasi terhadap kebijakan ini. Percayalah pada potensi anak negeri.
***
Diari Akmal adalah nama rubrik baru di acehfootball, yang tak lain catatan pribadi Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS). Bung Akmal, tak keberatan, postingannya di Instagram @akmalmarhali20 ditayangkan lebih luas pada situs ini.
Komentar