ACEHFOOTBALL.net — Belakangan ramai diperbincangkan soal problem nutrisi di sepakbola Indonesia. Bahkan, di dunia maya muncul Polisi Linimasa yang langsung menangkap para pemain yang kedapatan menyantap makanan yang dilarang dan langsung “dihakimi” secara membabi buta tanpa melihat problem dasarnya.
Tsunami Teknologi sedang membunuh mental sepakbola Indonesia secara perlahan. Pesepakbola mudah dipuji, gampang pula dimaki dan dibuli. Padahal, yang yang dibutuhkan saat ini adalah edukasi soal nutrisi yang lemah sejak usia dini.
Tahun 2010, seusai mengantarkan Belanda runner-up Piala Dunia 2010, saya bertemu Giovanni van bronckhorst dalam sebuah jamuan malam. Terhampar makanan beraneka ragam lezatnya dan juga minuman berbagai rupa.
Saya yang mendampingi pemain yang punya leluhur di Indonesia ini. Mempersilahkan sang kapten mencicipi semua hidangan. Tapi, mantan pemain Barcelona dan Arsenal itu itu hanya mengambil secangkir teh plus lima butir klengleng dan satu jeruk. “Ini cukup. Yang lain tidak boleh,” katanya sambil bergegas memisahkan diri di pinggir kolam renang.
Bagaimana dengan orang Indonesia? Orang Indonesia belum makan kalau belum kena nasi. Untuk konteks pesepakbola edukasi dan literasi makanan sehat bernutrisi sangat lemah. Bahkan, banyak yang tidak pakai acuan. Apa saja dimakan, yang penting kenyang dan bisa nendang bola.
Budaya ini sudah tertanam sejak usia dini. Coba sesekali nonton festival/turnamen bola anak-anak. Di pinggir lapangan tukang gorengan, cireng berjejer di pinggir lapangan. Bahkan, klub profesional saja masih banyak yang tidak punya ahli gizi dan nutrisi.
Makanan pemainnya nasi kotak seusai latihan atau tanding. Belum lagi budaya jamuan dari satu kota ke kota lain. “Klub A pemainnya makan Sego Kucing aja bisa menang.”
Perubahan mindset itu yang harus pertama dilakukan untuk mengubah gaya hidup dan pola makan. Ingat makanan sehat tidak menjamin kemenangan, tapi dapat membantu meraih kemenangan.
Mindset pesepakbola Indonesia harus mulai diubah. Juga para fans-nya. Membangun pondasi dari bawah, jangan berpikir instan yang penting gaji besar, punya rumah, istri cantik dan berangkatkan haji orang tua.
***
Diari Akmal adalah nama rubrik baru di acehfootball, yang tak lain catatan pribadi Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer (SOS). Bung Akmal, tak keberatan, postingannya di Instagram @akmalmarhali20 ditayangkan lebih luas pada situs ini.
Komentar