ACEHFOOTBALL.net — Sepakbola Indonesia seperti tak kunjung berprestasi di kancah internasional. Namun ada fakta yang baik, mereka bagus saat usia muda, namun loyo ketika sudah beranjak dewasa. Kenapa?
Seperti diketahui, pemain muda Indonesia memang tampak begitu hebat ketika masih berusia muda. Salah satu buktinya adalah kiprah mereka di Danone Cup.
Di ajang yang diikuti negara-negara dari seluruh dunia itu, Indonesia kerap masuk dalam 10 besar. Dalam perjalanannya, tak jarang anak-anak Indonesia mampu mengalahkan negara hebat dalam dunia sepak bola, seperti Maroko, Portugal, hingga Brasil.
Tapi, kelihaian anak-anak Indonesia muda ini perlahan menurun seiring bertambahnya usia. Terbukti untuk bersaingan di kawasan Asia Tenggara saja, Timnas Indonesia acap kewalahan.
Ternyata, pelatih asal Brasil, Jaino Matos, punya jawaban atas fenomena tersebut. Matos sudah tujuh tahun di Indonesia. Ia melihat, salah satu alasannya adalah sikap kurang dewasa pemain Indonesia. Pesepak bola Indonesia terlalu banyak bercanda di lapangan hijau.
Jaino Matos pun membandingkan sikap pesepak bola muda Indonesia dengan pemain U-16 negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, Qatar, dan Arab Saudi. Pola pikiran mereka sudah dewasa sejak usia muda.
“Kenapa di Piala Danone Timnas Indonesia U-12 setiap tahun berkompetisi minimal bisa sampai 10 besar, pernah mengalahkan Brasil. Kenapa di atas 16 tahun kita tidak bisa melakukannya?” kata Jaino Matos dalam Canda Bola di KaskusTV yang dilansir ACEHFOOTBALL.net. dari Vocketfc.com.
“Anak-anak di Arab Saudi, Korea, Qatar, Jepang, mereka anak usia 16 tahun, sikap, pola pikir, pola latihan sebagai dewasa. Kita Timnas U-23 kalah dibilang tidak apa-apa katanya, masih muda. Padahal usia sudah U-23, tapi dibilang muda,” lanjutnya.
“Ini adalah salah satu alasan, kenapa 15 tahun ke atas kesulitan. Dari sikap pemain kita belum dewasa, keseriusan dalam latihan, program latihan, nutrisi,” ujar pelatih kelahiran Brazil 27 Oktober 1979 ini.
“Saya pikir kita melompati langkah-langkah dasar dan langsung berbicara strategi. Kita melupakan sikap dasar. Attitude, medical conditioning, fitness conditioning, nutrisi adalah langkah-langkah yang harus diimplementasi,” imbuhnya.
Padahal, menurut mantan pelatih Kepri Jaya FC ini, bakat-bakat muda Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan negara-negara lainnya. Bahkan, dari pengalamannya melihat pemain di negara-negara lain.
Kata dia, bakat individu Indonesia disebut jauh lebih unggul dari Qatar. “Bakat Indonesia tidak kalah. Malah jauh lah kalau dibandingkan dengan Qatar, jauh. Kualitas individunya jauh banget,” tukasnya.
Terlepas dari itu, eks Direktur Teknik Badak Lampung FC ini punya data yang menarik selama melatih berbagai klub dan mendampingi Timnas Indonesia. Ia melihat melalui data GPS, pesepak bola Indonesia sedikit yang serius ketika berlatih, yakni hanya sekitar 25 persen setiap tim.
Komentar