ACEHFOOTBALL — Striker Barcelona Lionel Messi kembali meminta kita membuka lagi catatan sejarah soal sepak bola, khusus trik menembak penalti.
Ini tak terlepas dari kemenangan Barcelona dengan skor 6-1 atas Celta Vigo, Senin (15/2/2016) dinihari WIB. Ada satu adegan yang ramai diperbincangkan yakni cara Messi mengeksekusi penalti di menit ke-82 saat Blaugrana unggul 3-1.
Pada situasi itu Messi tak langsung menendang keras-keras bola ke arah gawang melainkan menyepaknya ke arah kanan dan menjadikannya sebuah operan. Si kulit bundar lantas disambar Luis Suarez untuk bikin gol.
Penalti operan dari Lionel Messi bukanlah yang kali pertama terjadi. Jika ditelusuri, lebih dari setengah abad lalu pun sudah ada adegan serupa.
Eksekusi penalti model operan ini mencuri perhatian karena memang tidak biasa dilakukan–dengan penendang umumnya langsung menyepak bola ke arah gawang.
Secara garis besar, menurut Laws of The Game FIFA cara mengeksekusi penalti macam itu sah-sah saja–walaupun ada perdebatan karena Suarez dianggap bergerak masuk ke kotak penalti sebelum Messi menendang bola.
Proses penalti macam itu, yang acapkali disebut sebagai two-touch penalty, sebenarnya punya risiko besar kendatipun terkesan gampang. Tengok saja aksi sosok sekaliber Robert Pires yang gagal total melakukannya ketika hendak berkombinasi dengan Thierry Henry tahun 2005 silam di Arsenal.
Saat itu kaki Pires sudah menyentuh bola, tapi tenaganya terlampau lemah sampai-sampai bola tidak bergerak jauh dari titik putih. Ia pun cuma bisa berdiam diri saja karena Laws of The Game menyatakan bahwa; penendang harus menendang bola ke arah depan (yang sudah dilakukan Pires dengan sentuhan tipis kakinya), penendang itu tidak boleh menyentuh bola lagi sampai ada pemain lain yang menyentuh si kulit bundar (sehingga Pires pun cuma bisa pasrah menunggu pemain lain mengenai bola), dan bola dianggap hidup setelah ditendang dan bergerak (sepelan apapun itu, seperti dalam kasus Pires ini sehingga bola tidak sampai ke kaki Henry).
Eksekusi penalti serupa, yang menuai sorotan besar, lain dilakukan oleh Johan Cruyff dan Jesper Olsen ketika kedua pemain tersebut berseragam Ajax Amsterdam pada 1982 lalu. Keduanya berkombinasi dengan sukses di depan gawang lawan untuk bikin gol. Saking tenarnya adegan ini, penalti-penalti serupa di tahun-tahun berikutnya pun disebut sebagai “Cruyff Penalty“.
Akan tetapi, apakah itu penalti operan pertama? Tidak juga. Dari penelusuran Guardian, sudah ada beberapa eksekusi serupa sebelumnya.
Pada 21 November 1964, Plymouth Argyle mengalahkan Manchester City 3-2 di partai Divisi Dua di Home Park. Gol kemenangan dicetak oleh Mike Trebilcock lewat skenario penalti operan. Ketika itu Johnny Newman yang mengeksekusi penalti menyepak bola ke arah sisi, membuat Trebilcock kemudian menyepak bola untuk menjebol gawang lawan.
Tiga tahun sebelum itu Newman ternyata pernah terlibat adegan serupa, tepatnya pada 6 Februari 1961, Argyle kalah 3-5 dari Aston Villa di partai replay babak empat Piala Liga Inggris. Saat itu Wilf Carter bertugas menyepak bola di titik putih untuk kemudian dituntaskan oleh Newman.
Pun demikian, variasi penalti dengan dua sentuhan atau lebih ini ternyata juga pernah hadir 59 tahun silam, tepatnya 5 Juni 1957 ketika Belgia menjamu Islandia dalam partai kualifikasi Piala Dunia. Saat itu Belgia yang sedang unggul 6-1 mendapatkan jatah tendangan penalti.
Majulah Rik Coppens untuk mengeksekusi. Tapi alih-alih menendang langsung ke arah Bjorgvin Hermannsson di bawah mistar gawang Islandia, Coppens justru menyepak bola ke samping kanan. Rekannya, Andre Piters, berhasil mengejar bola untuk langsung ia oper lagi ke arah tengah karena kiper sudah maju menerjang. Coppens pun akhirnya dengan mudah menjebol gawang kosong.
Sumber: detiksport
Komentar