ACEHFOOTBALL.net – Musim kompetisi Liga 1 (Super League) dan Liga 2 (Pegadaian Championship) 2025/2026 resmi menghadirkan wajah baru.
PSSI bersama I-League sebagai operator kompetisi memperkenalkan lima regulasi anyar yang akan mulai diterapkan musim ini.
Aturan-aturan tersebut dirancang untuk meningkatkan fair play, mempercepat tempo permainan, dan memperjelas keputusan wasit di lapangan.
Meski menuai respons beragam, kelima aturan ini menandai fase baru sepak bola nasional yang lebih modern dan kompetitif.
Berikut rangkuman lengkapnya:
1. Kapten Jadi Satu-satunya Wakil Bicara
Hanya kapten yang diizinkan berdiskusi langsung dengan wasit saat terjadi insiden atau momen krusial. Dalam kasus tertentu, satu pemain tambahan dapat mendampingi—misalnya sebagai penerjemah jika kapten adalah pemain asing.
Jika kiper menjabat sebagai kapten, maka akan ditunjuk pemain lapangan sebagai perwakilan saat proses toss coin. Tujuannya, menghindari kerumunan protes dan mengurangi tekanan terhadap wasit.
2. Kiper Hanya Punya 8 Detik
Penjaga gawang kini dibatasi maksimal 8 detik memegang bola dengan tangan. Jika melewati waktu tersebut, wasit akan memberikan isyarat visual berupa lima jari sebagai peringatan.
Jika pelanggaran tetap terjadi, tim lawan diberi hadiah tendangan sudut, bukan hanya teguran. Aturan ini mendorong distribusi bola yang lebih cepat dan efisien.
3. Offside Lebih Presisi, Tapi Membingungkan
Offside kini ditentukan dari kontak pertama terhadap bola, bukan lagi saat bola dilepas oleh pemberi umpan—kecuali jika bola berasal dari lemparan kiper (tetap dihitung dari titik lepas).
Perubahan ini menimbulkan perdebatan, terutama soal istilah “kotak pertama bola” yang belum familiar bagi publik. PSSI dan perangkat pertandingan diharapkan segera memberikan sosialisasi agar wasit dan tim tidak salah memahami implementasinya.
4. Dropped Ball untuk Tim Terakhir Penguasaan
Dalam situasi bola mati karena gangguan luar (misalnya cedera atau insiden non-teknis), hanya tim yang terakhir menguasai bola yang berhak melanjutkan lewat dropped ball.
Lawan tidak diperbolehkan merebut bola langsung sampai sentuhan kedua dilakukan. Ini untuk mencegah konflik dan memperjelas siapa yang berhak atas bola.
5. Sentuhan “Tak Sengaja” oleh Non-Pemain Tak Lagi Dihukum Kartu
Sentuhan bola oleh pelatih, pemain cadangan, atau ofisial di pinggir lapangan yang tidak disengaja dan tanpa niat buruk, tidak lagi otomatis berbuah kartu atau hukuman berat.
Sebagai gantinya, wasit cukup memberikan tendangan bebas tidak langsung kepada lawan. Aturan ini menjadi pembeda antara insiden yang tak disengaja dan pelanggaran yang bersifat merugikan secara taktis.
Dengan sederet perubahan ini, kompetisi Liga Indonesia menuntut adaptasi cepat dari pelatih, pemain, dan ofisial. Tak ada ruang untuk lengah, karena bahkan satu sentuhan kecil atau keterlambatan keputusan bisa berdampak besar pada hasil pertandingan.
Musim ini, sepak bola nasional resmi memasuki era yang lebih cepat, presisi, dan profesional. Siap atau tidak, semua pihak harus bersiap menghadapi tantangan baru yang lebih kompleks dan kompetitif. [lib/rdr]





















Komentar