ACEHFOOTBALL.net — Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) diminta lebih fokus pada pembinaan atlet untuk mendulang prestasi, ketimbang naturalisasi. Karena itu, patut didorong peningkatan prestasi.
Hal itu diutarakan anggota DPR-RI Muhammad Kadafi selaras dengan prestasinya meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI yang telah diraih Kemenpora.
“Itu penantian selama 10 tahun. Maka kita harap juga prestasi atlet bisa berbanding lurus,” kata Kadafi di Jakarta, Jumat (28/8/2020). Kadafi adalah putra dari pendiri PSAA Abulyatama, H Rusli Bintang.
Pernyataan Kadafi mengenai prestasi atlet ini berkaitan dengan persoalan naturalisasi yang saat ini menjadi isu publik. Upaya naturalisasi atlet ini tak hanya kalangan atlet sepakbola namun juga pada cabang olahraga lainnya, misalnya olahraga basket.
“Sebaiknya, kita mendorong dan bekerja keras untuk peningkatan prestasi atlet-atlet Indonesia, bukan memilih jalan pintas naturalisasi,” kata Kadafi yang disebut-sebut pernah menjadi atlet balap pada PON 2008 silam.
Bahkan, Kadafi mengatakan belum melihat nilai positifnya dari naturalisasi atlet tersebut. “Sekarang yang harus dilihat adalah apakah naturalisasi atlet itu memiliki dampak positif untuk atlet-atlet Indonesia atau tidak.
“Jika tidak ada nilai positifnya, maka lebih baik kita fokus saja bagaimana mengembangkan para atlet muda di Indonesia agar lebih berkualitas,” kata Kadafi menambahkan.
Menurut Kadafi, dibanding naturalisasi atlet lebih baik mengundang pelatih-pelatih yang berkompeten. “Jauh lebih bermanfaat. Karena mengenai atlet ini berkaitan dengan tim olahraga, bukan untuk perorangan,”
“Bahkan pelatih-pelatih yang berkompeten dapat menularkan ilmu-ilmunya kepada pelatih-pelatih di Indonesia, itu lebih positif. Kalau naturalisasi kan kesannya hanya mencari jalan pintas saja,” tutup dia.
Naturalisasi atlet, kata Kadafi, juga dapat mengganggu semangat para atlet Indonesia. “Mental mereka drop, seakan-akan usaha keras mereka selama ini tidak diapresiasi sama sekali,”
“Ini tidak baik bagi perkembangan atlet, sebab telah memupus harapan mereka, dan merusak semangat juang mereka selama ini. Saya kira, pemerintah dan pengurus cabang olahraga perlu memperhatikan soal-soal seperti ini. Kita juga harus lihat tujuan utama dari kegiatan olahraga kita,” katanya.
Sebetulnya, kata Kadafi, yang paling penting adalah menyelesaikan inti persoalan pada dunia olahraga. “Misalnya, apakah sudah ada kurikulum pembinaan yang seragam dalam dunia olahraga atau tidak, bagaimana dengan kestabilan kompetisinya,”
Selain itu, juga bagaimana dengan pengurus cabang olahraga apakah memiliki roadmap untuk atlet-atletnya. Ini semua yang perlu diluruskan,” katanya.
Selain itu, kata Kadafi, persoalan itu juga akan berkaitan dengan sarana dan prasarana bagi atlet serta jaminan masa depan para atlet.
“Misalnya, ketika membangun sarana olahraga, apakah ini terintegrasi dengan dunia pendidikan atau tidak. Jika fasilitas-fasilitas ini terintegrasi dengan dunia pendidikan maka atlet-atlet yang menggunakan adalah mereka yang berada dalam dunia pendidikan. Artinya selain bersekolah mereka juga adalah atlet,” katanya.
|
Komentar