ACEHFOOTBALL.net — Federasi sepakbola Indonesia atau PSSI disebut wajib memiliki panduan khusus untuk latihan atau menggelar pertandingan di kondisi The New Normal atau pemulihan dari pandemi Covid-19.
Anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi, mengatakan tetap sulit bagi PSSI melanjutkan liga walaupun sudah dibuat protokol khusus. Kendala terbesar adalah perizinan di setiap daerah karena masing-masing daerah punya kebijakan berbeda.
Yoyok menerangkan, PSSI saat ini tidak ingin berandai-andai terkait kepastian dimulainya kembali liga sepakbola di Indonesia. PSSI masih menunggu arahan dari pemerintah terkait berakhirnya status force majeure virus corona di Indonesia.
Dia menjelaskan kondisi wabah Covid-19 di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan negara lain yang saat ini sudah mulai mencoba kembali menggelar latihan sepakbola. Banyak hal yang menjadi faktor pertimbangan Indonesia menjadi pengecualian.
“Sebelum membandingkan negara lain dengan Indonesia terkait kompetisi, bandingkan dulu kondisi kasus virus coronanya. Kalau dibandingkan dengan Korea Selatan atau Jepang, jelas jauh. Tidak bisa disamakan,” ucap Yoyok, Selasa (19/5/2020).
Yoyok menilai secara fasilitas maupun infrastruktur Jepang dan Korea Selatan jauh lebih komplet untuk penanganan wabah dengan cepat. Kedua negara juga sudah mampu menggelar rapid test secara massal menggunakan drive thru, sedangkan Indonesia alat tesnya terbatas.
Selain itu, penurunan angka positif Covid-19 di tiap-tiap wilayah di Indonesia juga tidak merata. Itu terjadi akibat perbedaan kebijakan yang diambil masing-masing daerah dan tidak diakomodasi dalam satu komando di pemerintah pusat.
“Kami juga inginnya kompetisi bisa cepat bergulir lagi, tapi untuk bisa menggelar pertandingan semua faktor saling terkait. Mulai perizinan di pemerintah daerah, kepolisian daerah sampai pemerintah pusat. Mungkin di pemerintah pusat oke, tapi di daerah belum tentu.”
“Sebab itu, PSSI berpikir hal pertama yang harus dipastikan adalah situasi Covid-19 di Indonesia harus tuntas lebih dulu, bukan sekadar mereda. Sebab, kalau belum tuntas akan menyulitkan klub maupun operator. Budaya kita beda, kita negara kepulauan luas, banyak wilayah yang masing-masing punya kebijakan berbeda,” terangnya.
Kompleksitas permasalahan yang terjadi dalam penanganan wabah virus corona di Indonesia membuat PSSI terus mencari dan membahas jalan ke luar terbaik terkait kompetisi.
Intinya sebelum latihan dimulai kembali di level klub dan disusul bergulirnya kompetisi, butuh jaminan stabilitas di Indonesia baik dari sisi keamanan kesehatan sampai ekonomi.
Yoyok mengungkapkan kemungkinan Indonesia baru bisa memulai kompetisi jika vaksin virus corona telah ditemukan dan diedarkan di Indonesia. Sebab, hal itu yang bisa membuat masyarakat tidak takut menggelar keramaian.
“Contoh, misalnya Jawa Tengah dinyatakan sudah aman dari Covid-19, kemudian tim Jawa Tengah mau bertanding di Kalimantan yang belum dinyatakan aman. Apa masyarakat di Kalimantan bisa menerima kedatangan tamu ke daerah mereka?”
“Belum lagi kalau mau menggelar latihan. Tiap-tiap daerah kebijakannya beda. Contoh, di Semarang tidak boleh menggelar keramaian lebih dari 20 orang, sedangkan tiap latihan klub itu pemainnya saja sudah 22 orang misalnya belum sama pelatih staf dan lainnya.
Tapi di Yogyakarta, boleh ada keramaian tapi waktunya dibatasi. Ya percuma juga,” jelas Yoyok.
Meski begitu, PSSI disebut Yoyok yang juga anggota Komisi X DPR RI telah membuat draf seandainya klub bisa menggelar latihan. Misalnya menggelar latihan tertutup.
Namun, draf itu belum bisa diungkapkan apalagi diaplikasikan karena Indonesia memiliki kebijakan yang berbeda di tiap wilayahnya.
| ANTARA
Komentar