ACEHFOOTBALL.net — Pelatih asal Brazil Jaino Matos sudah mengantongi kunci jawaban kenapa sepakbola Indonesia tertinggal dari negara-negara lain. Kesimpulannya adalah budaya bercanda yang masih terpelihara. Apa?
Matos sudah tujuh tahun lebih berkecimpung di dunia pengembangan usia dini di nusantara ini. Makanya, ia ada pada sebuah kesimpulan, salah satu kendala utama sepak bola terus tertinggal dari negara-negara lain, ya karena tipikal pemainnya.
Kata dia, pemain-pemain Indonesia sangat gemar bercanda. Bercanda yang dimaksud adalah bercanda yang melampaui batas sehingga membuat mental dan dedikasi pemain menjadi bermasalah.
“Budaya banyak bercanda dan banyak iseng, baik di timnas maupun di mana saja. Mungkin itu menjadi budaya, tetapi harus kita hapus,” ujar pelatih yang pernah menangani pengembangan usia dini di timnas Indonesia, Persib Bandung, Borneo FC, hingga Perseru Badak Lampung FC itu.
Matos yang menjadi pelatih kepala termuda pada tahun 2009 di Liga Super Malaysia bersama Penang FA itu mengatakan, dirinya pernah melakukan riset, dari satu tim yang berisi 25 pemain, rata-rata hanya 5 pemain menunjukkan kesungguhan yang maksimal.
Praktis, hasil riset tersebut tentu membuatnya merasa miris sekaligus geram. Padahal, dia sendiri tak pernah melarang anak asuhnya bercanda untuk mencairkan suasana. Namun, dia menegaskan pemain harus tahu waktu kapan serius dan bercanda.
“Ada satu tim tahun lalu baru kalah 4-1 di tandang, keesokan harinya semua terlihat tertawa, semua iseng, semua ambil-ambil foto saat akan berangkat ke Bali,” ucap mantan pelatih Kepri Jaya ini.
“Rasa tanggung jawab di hati perlu ditingkatkan. Rasanya tidak ada perbedaan ketika kalah maupun menang di hati mereka,” kata pria kelahiran 27 Oktober 1979 yang pernah kuliah di jurusan sport science Atlanta College, Amerika Serikat.
Ia menambahkan, masalah karakter ini hanya bisa dibentuk saat pendidikan usia dini karena ketika sudah dewasa karakter yang terbentuk mustahil untuk diubah. Karena itu, dia berharap masalah ini mendapatkan perhatian lebih agar talenta muda di sini tak terbuang sia-sia.
“Kita tidak akan pernah lelah untuk mengakui bahwa potensi sepak bola Indonesia sangatlah besar. Namun, ada midset yang harus direset, terutama sikap, keseriusan, kesungguhan, hal-hal seperti itu harus diubah,” tukas
| KOMPAS
Komentar