ACEHFOOTBALL — Lima tahun sudah sosok pelatih kondang tanah air ini tidak menginjakan kaki di Banda Aceh. Pria satu ini bukan orang asing bagi pecinta sepakbola Kutaraja. Beliau adalah Legenda sepakbola Indonesia, Heri Kiswanto.
Dalam lawatan lanjutan kompetisi Liga 2 2018 kontra Persiraja Banda Aceh, Sabtu (15/9/2018) malam, dimanfaatkan Kang Herkis sapaan akrabnya, melepas kerinduan dengan menyempatkan beribadah di Masjid Raya Baiturrahman.
“Tadi saya shalat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman. Banda Aceh sudah menjadi kampung kedua bagi saya,” ujar pria kelahiran Banda Aceh 25 April 1955, 63 tahun silam itu seperti dilansir Geunta.com, Jumat (14/9/2018).
Bisa dikatakan, Herkis lagi ‘pulang kampung nih’. Begini ceritanya; orang tuanya adalah personil ABRI yang pernah bertugas di Aceh. Selama tiga tahun ia tinggal di Asrama Kuta Alam Banda Aceh. Kemudian, keluarganya membawa Herkis ke Ciamis, Jawa Barat yang merupakan kampung halaman ayahnya.
Bagi Herkis, Persiraja Banda Aceh salah satu tim yang paling berkesan pada karir kepelatihannya. Pada musim 2008/2009, mantan pemain timnas berposisi libero itu pernah menukangi Persiraja di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Divisi Utama.
Baru pertengahan musim, Herkis angkat kaki dari Aceh dengan alasan tidak menerima gaji selama enam bulan. Ya, pada masa itu Laskar Rencong sedang mengalami gejala klasik, hana dan hansep peng.
Setelah dari Persiraja, ia sempat membesut tim Persikab Bandung. Di sana, Herkis pun hanya sementara, setahun. Mencium Herkis sedang nganggur, musim 2010/2011 manajemen Persiraja langsung bergerak cepat mengamankan tanda tangan mantan pemain Persib era 1970-an itu.
Herkis kembali ke Persiraja dan melatih dari tahun 2010 sampai 2013. Waktu yang paling lama bagi Herkis melatih sebuah kesebelasan di Indonesia. Di sana jugalah ia menemukan bakat-bakat seperti Syakir Sulaiman dan lainnya melalui seleksi yang dilakukan ke kampung-kampung di Aceh.
Di skuad Persiraja sekarang, nama-nama seperti Fahrija Dillah, Defri Rizki dan Mukhlis Nakata pernah dilatihnya di kala itu.
Hal yang paling diingat publik Aceh ke Herkis yakni era Persiraja tahun 2010. Prestasi Persiraja melesit tajam. Setiap laga, tribun penonton selalu penuh. Herkis yang pada masa itu dibantu Effendi HT, Sulaiman Romario dan pelatih kiper Sisgiardi tampil sebagai juara II Divisi Utama Liga Tiphone.
“Pada masa itu (Ketua Umum- almarhum Mawardi Nurdin) saya tertantang dan bangga sekali, seluruh pemain dan official bersama-sama serius berjuang membangun tim. Padahal tidak ada pemain bintang, Alhamdulillah kita bisa jadi runner-up dan lolos.”
“Saya kagum tokoh seperti almarhum Zahruddin, almarhum Mawardi Nurdin dan Pak Aminullah Usman. Beliau-beliau sangat mendukung di zaman itu. Para pemain dan official tim seperti keluarga, itu yang masih terekam di memori saya hingga saat ini,” kenang Herkis lagi.
Keberhasilan itu membuat Persiraja promosi ke Liga Super Indonesia (ISL). Sayangnya, dualisme ditubuh PSSI membuat Abdul Musawir dkk terhempas ke Indonesia Premier League (IPL).
Herkis masih yakin Persiraja Banda Aceh bisa eksis kembali di sepakbola Indonesia. Menurut dia, pemain-pemain muda asal Aceh sangat banyak yang berbakat.
“Atlit disini (Aceh) banyak yang bagus-bagus,” tukasnya
Kendati demikian, guna melahirkan pemain profesional, pria berjuluk ‘Libero dengan Satu Kartu Kuning’ itu berharap di setiap daerah-daerah di Aceh harus melakukan terobosan pembinaan usia muda yang terorganisir dengan baik. [geunta]
Komentar