ACEHFOOTBALL.net — Kabar duka menyelimuti keluarga besar Tim Nasional Indonesia. Seorang mantan pemain Timnas usia muda asal Aceh, Safri Umri (35) telah berpulang.
Mantan pemain Persiraja musim 2011 ini menghembuskan nafas terakhir pada Jumat (28/3/2025) pukul 21.00 WIb di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Informasi kepergian Safri juga beredar di grup WhatsApp pelatih sepakbola dan pengurus Askot PSSI. Orang tua Safri Umri, Saiful Bahri yang juga tokoh sepakbola di Banda Aceh.
Safri Umri, sulung dari tiga bersaudara yang lahir di Kutacane pada 12 Februari 1990. Adiknya, Taufiq Aqsar, juga pemain yang pernah mengenyam pendidikan di Paraguay.
Ia bersama 29 anak muda Aceh lainnya belajar sepakbola selama tiga tahun di Amerika Selatan itu. Adik bungsu Safri tak lain, Islam Mustakim. Polisi ganteng Aceh yang sempat viral beberapa tahun lalu.
Belum ada informasi lanjutan dari keluarga almarhum. Ketika dihubungi ayahnya yang akrab dengan sapaan Saiful BKO, belum membaca pesan yang dikirim via WhatsApp.
Jejak Karier Safri
Safri Umri menjadi fullback Persiraja musim 2010-2011. Ia pernah tercatat sebagai satu dari 24 pemain lainnya yang dipersiapkan memperkuat Indonesia di ajang Pra Olimpiade 2012. Kalai itu kali keempat namanya masuk dalam skuad tim nasional (timnas).
Mantan anak didik Diklat Ragunan rutin menghuni skuad timnas junior. Rekam jejaknya dimulai dari timnas U-17 yang diasuh duet pelatih Iwan Setiawan dan Aji Santoso pada 2006. Lalu pada skuad timnas U-19 tahun 2008 yang saat itu dilatih Bambang Nurdiansyah.
Setahun kemudian, pada 2009 dia juga masuk skuad timnas U-21 yang diasuh Banur, mantan pemain sepakbola legendaris Indonesia. Tahun 2010, Safri kembali masuk skuad timnas yang dipersiapkan untuk Pra Olimpiade 2012. Timnas U-23 ini dilatih Alfred Reidl.
Pemain kelahiran Kutacane 12 Februari 1990 yang lahir dari pasangan Saiful Bahri dan Salamah Ariga ini menjadi langganan panggilan timnas. Tapi itu tak diperoleh Safri dengan gampang. Kiprahnya dijagat sepakbola dia rintis sejak belia di sekolah sepak bola (SSB) Aneuk Rincong.
Mantan siswa SMP 1 Banda Aceh melanjutkan sekolah ke Diklat Ragunan selama tiga tahun, dari 2005-2008. Dalam periode itulah di memperkuat tim usia 18 tahun (suratin) Persita Tangerang pada 2005. Kemudian bermain di tim usia 18 Persijap Jepara tahun 2006.
Tahun berikutnya dia bermain di junior PSIS Semarang. Pada tahun yang sama yakni 2007-2008 dia masuk skuat Pelita Jaya di bawah asuhan Fandi Ahmad, mantan pemain nasional Singapura. Dia bahkan masuk skuad U-23 Persija Jakarta pada 2008.
Musim kompetisi 2009, pemain sayap ini bermain untuk klub PSIS Semarang. Baru, pada 2010 dia kembali ke kampung halaman, memperkuat Laskar Rencong Persiraja Banda Aceh. Di bawah polesan Herry Kiswanto, Safri belum tampil maksimal, meski timnya melesat di puncak klasemen.
Di Persiraja, karirnya memang sedikit mandek. Hingga sembilan kali bertanding, dia baru dua kali masuk line up starting eleven. Lima kali sebagai pemain cadangan, dan masuk di babak kedua. Sisanya dua kali, dia absen karena ikut seleksi timnas.
Pun begitu, Safri tak berkecil hati. Dia maklum, itulah stategi pelatih. Apalagi dia sendiri merasa menanggung beban berat jika tampil di depan publik sendiri. Diakuinya, ekspektasi penonton yang begitu tinggi, membuat dirinya grogi.
Ini terbukti dalam beberapa laga terakhir di H Dimurthala. Menyikapi kondisi ini Headcoach Persiraja, Herry Kiswanto mengakui, sejumlah talenta mudanya masih grogi. “Mereka punya potensi besar, karena itu jangan putus asa, teruslah berusaha melawan rasa itu semua,” kata Herkis suatu ketika.
Pada sisi lain, dia juga salut dan memuji habis taktik Herkis dalam membesut Laskar Rencong. Kata pengagum Gareth Bale dan Arsenal itu, terkesan dengan mantan gelandang timnas 80-an ini dalam segala hal. []
Komentar