ACEHFOOTBALL.net — Pihak manajemen PSIS Semarang mengaku tak terkejut dengan penundaan lanjutan Liga 1 2020 hingga dua kali. Pihaknya malah sudah memprediksi risiko yang bakal dihadapi dengan menggelar kompetisi di tengah pandemi virus Corona.
PSSI sebelumnya ingin melanjutkan Liga 1 musim ini dengan menggulirkannya pada Oktober setelah sempat terhenti sejak pertengahan Maret. Namun keinginan itu terbentur izin keramaian dari kepolisian.
Selanjutnya PSSI mengapungkan harapan dapat menggulirkan kompetisi pada November. Kendati demikian, kepolisian kukuh dengan pendirian mereka terkait izin keramaian.
CEO PSIS AS Sukawijaya mengatakan, pihaknya menghormati keputusan yang diambil PSSI. AS Sukawijaya juga meminta agar stakeholder sepakbola dapat mengambil hikmah dari penundaan kompetisi, sehingga ke depannya jauh lebih baik.
“Kami menghormati penuh segala keputusan PSSI. Jauh-jauh hari, PSIS sebetulnya juga sudah mengusulkan terkait beratnya mengarungi kompetisi di tengah pandemi, dan beberapa risikonya,” ucap pria yang akrab disapa Yoyok ini dilansir laman resmi klub; psis.co.id.
“Pasti ada hikmah di balik penundaan kali ini. Ini waktunya kita semua sama-sama mendukung pemerintah menanggulangi COVID-19 supaya kompetisi ke depan jauh lebih baik, dan jauh lebih siap pada saat diputar kembali.”
Yoyok juga meminta pemain agar tetap menjaga kebugaran dan kesehatan mereka selama diliburkan dari kegiatan latihan, serta memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan wakti bersama keluarga.
“Untuk pemain-pemain PSIS dimana pun berada. Jaga kesehatan dan kondisi fisik. Manfaatkan terlebih dahulu waktu berkumpul dengan keluarga sebelum kita berjuang lagi menghadapi kompetisi Liga 1,” ucap Yoyok.
Operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) kini sedang mencari solusi terbaik untuk kelanjutan kompetisi dengan mempertimbangkan segala aspek demi menentukan kebijakan paling tepat dari situasi yang dihadapi saat ini.
Dalam diskusi webinar beberapa hari lalu di kanal YouTube PSS Sleman, Yoyok menilai format kompetisi apa pun yang diterapkan tidak akan bagus. Kendati demikian, Yoyok tetap menginginkan ada kompetisi.
“Semua opsi bisa dibilang jelek semua. Dilanjutkan pun, klub hancur. Disetop pun hancur. Dibuat dua grup pun, tidak bagus. Apalagi dibuat home tournament, juga lebih tidak bagus. Jadi sudah tidak ada yang bagus,” kata Yoyok.
“Tapi kami tetap berharap kompetisi dapat berjalan dengan segala kelemahannya. Minimal kami bisa memberi makan kepada pemain, pelatih, dan seluruh stakeholder sepakbola agar roda ekonomi berjalan. Kalau klub yang rugi, paling direkturnya saja yang [terkena] stroke.”
| GOAL.COM
Komentar