ACEHFOOTBALL.net — PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengaku punya alasan kuat untuk menggulirkan kembali kompetisi Liga 1. Meski di tengah masa pandemi Covid-19 saat ini, namun dengan protokol kesehatan yang ketat, operator menjadi optimis.
Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita dalam Webinar Sepakbola di Masa Pandemi yang digelar PSS Sleman bersama Jurnalis Olahraga Yogyakarta (JOY), Sabtu (26/9/2020).
Selain menghadirkan Lukita, acara diskusi itu diisi Yusuf Kurniawan, pengamat sepakbola nasional, Sigit Wahyu dari Carfix dan Leonardo, Manajer Bisnis dan Komersial PSS Sleman. Selain itu, diikuti juga puluhan wartawan, termasuk reporter Football Aceh.
Menurut Lukita, pihaknya sudah melakukan simulasi sekaligus penelitian terkait penyelenggaraan event dalam protokol kesehatan hingga akhirnya memutuskan berani melanjutkan liga.
Bukan hanya itu, kata dia, mereka juga sudah melakukan riset bahkan studi ke liga-liga luar negeri dan juga sekaligus satgas Covid-19. Jadi, protokol kesehatan ditekankan betul dalam penyelenggaraan liga yang tidak bisa diganggu gugat.
“Kita ketat dalam protokol kesehatan, semua tim wajib uji rapid dan swab. Untuk swab ini harus dilakukan di bawah LIB sebelum pertandingan agar terkontrol dengan jelas. Tim juga wajib menyediakan fasilitas isolasi dan berbagai hal lain yang terkait protokol kesehatan,” paparnya.
Lukita juga menegaskan seluruh pertandingan digelar tanpa penonton atau suporter yang mana hal tersebut menjadi komitmen bersama yang telah disetujui seluruh tim peserta.
“Termasuk tidak ada nonton bareng di manapun, sekarang kita nonton dan mendukung dari rumah sendiri-sendiri. Pemda dan Polda di tiap daerah akan bergerak memastikan hal tersebut,” ujar dia.
Sedangkan, Yusuf Kurniawan, menyebutkan di masa pandemi seluruh kegiatan memang berubah. Model bisnis offline harus dikreativitaskan berubah ke daring untuk menyesuaikan diri dengan kebiasaan yang baru akibat konsekuensi pandemi.
“Segala bisnis konvensional harus berubah di masa ini, harus secara daring. Saya melihat baru Bali United yang melakukan model bisnis ini dan beberapa mengikuti seperti PSS yang punya pro player e-sport Rizky Faidan,”
“Ini menarik karena kedepan, arahnya memang harus digital. Sosial media dimaksimalkan, lalu interaksi di digital, ini tantangan juga untuk seluruh tim di Indonesia, juga dalam develope pemain muda,” ungkap pria yang akrab disapa Yuke ini.

Dua pembicara lain yakni Sigit Wahyu dari Carfix dan Leonardo, Manajer Bisnis dan Komersial PSS menceritakan bagaimana dua sisi sponsor dan tim bersinergi di masa pandemi. Sponsor di satu sisi punya kepentingan promosi di ruang yang memang sudah jelas punya segmen, sementara tim juga wajib memberikan benefit untuk sponsor.
“Intinya kita komunikasi, kita bicara apa yang mungkin dilakukan bersama dalam momentum saat ini, di masa pandemi. Misalnya yang tadinya ada booth di stadion, sekarang kan ga bisa maka dipindah ke sosial media, atau video-video saat latihan tim. Kita harus punya kreativitas untuk menyesuaikan diri,” imbuh Leo.
Komentar