ACEHFOOTBALL.net — Pelatih Persibat Batang, Bona Elisa Simanjuntak tak bisa menyembunyikan kegeramannya usai dikalahkan Persiraja Banda Aceh dengan skor 4-1.
Bermain di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (24/8/2019) malam, kelima gol dicetak Zamrony, Assanur Rijal dan Irvan Yunus Mofu. Dua gol lagi dicetak pemain Persibat Batang, satu ke gawang sendiri (bunuh diri) oleh Reksa Satata dan Imam Witoyo.
Dalam jumpa pers, Bona Simanjuntak mengatakan, pihaknya menerima kekalahan jika pertandingan berlangsung dalam koridor fair play.
Kata dia, jika wasit yang memimpin pertandingan di Aceh selalu seperti itu, maka bisa dipastikan tim manapun yang bermain di kandang Persiraja tidak akan pernah menang.
“Kita ngak mau dibela sama wasit, main yang jujur aja, yang fair aja wasitnya, itu wasit bikin rusak sepakbola Indonesia,” ujar mantan pelatih PSPS Riau itu.
Ia menyebutkan, hal ini disampaikan bukan karena mereka ingin mendapatkan pembelaan dari wasit, tetapi ia hanya berharap kepemimpinan wasit itu harus jujur.
“Kalau wasitnya seperti itu, tim apapun yang main disini ngak bakal dapat poin. Gimana kita mau berkembang ditekan wasit terus,” tuturnya.
Menurut catatan kami, Bona menjadi pelatih keenam yang melontarkan kritik terhadap wasit yang memimpin pertandingan di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh. Khusus musim ini.
Bahkan, kritikan paling “pedas” juga disampaikan pelatih PSMS Medan, Abdur Rahman Gurning. Malah ia menyebutkan, wasit diancam pistol segala sehingga mau tidak mau harus “membantu” tim tuan rumah.
Sebelum itu, ada Jaya Hartono, pelatih Perserang Banten, Bambang Nurdiansyah (Cilegon United), Widodo Cahyono Putro (Persita Tangerang dan Liestiadi (Blitar Bandung United).
Liestiadi mengaku kecewa terhadap wasit yang tidak menjalankan tugasnya dengan benar selama memimpin pertandingan. “Saya selalu kecewa dengan wasit, 3 kali kita main di Away Sumatera melawan Babel digituin, wasit sama asisten duanya jelas kemarin itu viral offside tapi kenapa bisa di tugaskan lagi,” ungkapnya
Menurutnya pelatih dan wasit memiliki kewajiban mengedukasi para pemain muda supaya mengetahui apa yang dimaksud dengan Rule of the game. “Ini wasit malah membuat sepakbola kembali ke zaman primitif,” tukas dia usai timnya kalahan 1-2 melawan persiraja Banda Aceh.
Begitu pula dengan mantan pemain Timnas yang kini membesut Pendekar Cisadane. Pelatih Persita, Widodo Cahyono Putro, mengkritik kepemimpinan wasit.
“Kalau kondisi normal, mungkin kita juga banyak mendapat penalti. Dihantam dari belakang harusnya sudah (kartu) merah. Tapi memang situasi dan kondisinya seperti ini. Kalau wasit fair, pemain kami tidak akan menyerang. Penalti apa, orang dia jatuh sendiri,” beber Widodo saat konferensi pers usai pertandingan.
Bagi Widodo, kondisi yang terjadi dalam laga antara Persiraja melawan Persita akan membuat sepak bola Indonesia sulit untuk berkembang. “Ke depan mudah-mudahan pelajaran bagi wasit, Asisten Wasit 1 maupun 2, sama-sama kita membangun sepakbola,”
“Kalau begini terus, (sepak bola Indonesia) tidak akan maju. Saya juga tidak lantas menyalahkan kondisi, tapi mari kita sama-sama berkembang sesuai dengan aturan dan regulasi,” kata Widodo.
Komentar