ACEHFOOTBALL — Tim PSBL Langsa secara resmi melayangkan protes ke Komisi Disiplin (Komdis) dan CEO PT Gelora Trisula Semesta (GTS) menyusul kericuhan dalam derbi Aceh.
Laga itu mempertemukan tuan rumah Persiraja kontra PSBL Langsa pada duel terakhir Indonesia Soccer Championship (ISC) Seri B 2016 di Stadion H Dimurthala Lampineung, Sabtu (3/9/2016) malam.
Surat protes itu ditangani Manajer PSBL Langsa, HM Yusuf Rani dan sekretaris tim, Saiful Bahri yang diajukan kepada CEO PT GTS.
Selain itu, tembusannya disampaikan kepada PSSI Pusat di Jakarta, Ketua Umum PSBL, dan Ketua Umum Asprov PSSI Aceh.
Dalam dua halaman surat protes seperti diberitakan Serambi Indonesia hari ini, manajemen Elang Biru–julukan PSBL Langsa–keberatan atas keputusan wasit asal Padang, Sumatera Barat, Arnando yang sengaja menghentikan pertandingan pada menit 34 babak kedua.
“Dari jam tangan yang diperlihatkan Pengawas Pertandingan (PP) di sisi lapangan, Waliyadin kepada kapten, offisial PSBL, juga penanggung jawab panpel, maka waktu pertandingan tercatat menit 34,” tertulis dalam surat protes itu.
Kemudian, tim PSBL juga menyoroti keputusan memihak kepada pemain tuan pada menit 79. Padahal, saat itu, pemain PSBL menguasai bola. Namun, tiba-tiba Arnando menyatakan pelanggaran.
Menyusul tindakan wasit, kapten PSBL mendatanginya. Bukan menjelaskan keputusannya, sang pengadil melarikan diri menuju ruang ganti.
Pada bagian lain, manajemen PSBL keberatan dengan keputusan dari Pengawas Pertandingan (PP) menghentikan tarung selama 2 x 30 menit.
Padahal, ketika itu, kedua kesebelasan tidak ada yang menyatakan menolak bertanding atau mogok. “Kami keberatan atas tindakan PP yang tak melanjutkan sisa pertandingan dengan alasan tak adanya jaminan keamanan,” tulis protes itu.
Bukan hanya itu, PSBL juga memprotes tindakan supporter Persiraja yang melempar kertas cukup banyak sehingga mengenai kiper Langsa.
Akibatnya, seluruh gawang tertutup sehingga membuat pertandingan menjadi terhenti selama lima menit sebelum dibersikan oleh pihak panpel.
Selain itu, manajemen PSBL juga menilai keberadaan pihak panitia pelaksana bekerja buruk. Misalnya, tenaga tim yang sangat lambat dalam menangani pemain Langsa mengalami cedera.
Malahan, mereka menilai panpel sengaja memberi ruang bagi supporter dan penonton untuk melakukan intimidasi terhadap pemain PSBL Langsa.
“Tidak adanya konfrensi pers setelah penghentian pertandingan sangat kami sesalkan. Karena, kami tak bisa menyampaikan kepada publik tentang apa yang terjadi dalam pertandingan terakhir ini. Kami menilai sengaja dilakukan Panpel untuk merekayasa berita yang beredar, dan ingin membentuk opini publik yang hanya menguntungkan persiraja,” tulis PSBL dalam surat protes itu.
Menyusul poin protes ini, pihak PSBL Langsa meminta kepada PT GTS dan Komdis supaya melakukan investigasi terhadap pertandingan tak normal ini. Apalagi, selama 90 menit duel dilakoni, pemain Langsa selalu berada dalam intimidasi wasit Arnando.
Seperti diketahui, derby Aceh antara Persiraja melawan PSBL pada Sabtu (3/9) malam berakhir ricuh. Di mana, partai menentukan itu terpaksa terhenti pada menit 84, menyusul larinya wasit Arnando dari lapangan. Ketika itu, tuan rumah memimpin 1-0.
Sumber: Serambi Indonesia
Editor: Indra
Komentar