ACEHFOOTBALL.net — Suporter Persiraja untuk Lantak Laju atau Skull ikut geram dengan sikap PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang merobah format babak delapan besar Liga 2 musim ini.
Seperti diketahui operator kompetisi Liga 2 2019 merobah sistem babak delapan besar dari home and away ke home tournament. Perubahan ini dinilai sangat merugikan Persiraja dan pendukung setianya.
Kekesalan itu diungkapkan Ketua Skull Teuku Iqbal Djohan dalam keterangannya kepada media, Kamis (24/10). “Seharusnya sistem kandang dan tandang (home-away) kok menjadi sistem home tournament,” tukas dia.
Ia menilai, perubahan tersebut sudah mengakangi sportifitas ‘fair-play’ dalam sepakbola, serta merusak citra PSSI sendiri. “Regulasi kompetisi yang sudah disepakati sejak awal dan sudah berjalan dengan baik di musim lalu tetap dipertahankan,” tutur Iqbal.
“Seharusnya PT LIB tidak memberi ruang perubahan regulasi yang sudah ada, ada kepentingan klub lain di sini yang ingin melegalkan segala cara untuk lolos ke Liga 1,” tambah dia.
Seperti diketahui, saat manager meeting bersama PT LIB dengan perwakilan klub peserta babak 8 besar, diputuskan kompetisi berubah ke home tournament.
“Kami yakin setelah melihat hasil babak penyisihan, ada klub seperti Persiraja dan Persewar yang kuat di kandang, ada klub lain yang ketakutan dan berusaha mengubah regulasi ini,” papar Iqbal.
Kata dia, pihaknya kecewa dengan cara PT LIB yang memberi peluang bisa mengubah aturan. Disebutkan, selama ini Liga 2 sudah berjalan baik, sudah mampu menarik perhatian penonton dan pecinta sepakbola.
“Bisa dilihat jumlah penonton yang hadir ke stadion setiap pertandingan selalu ramai. Kalau Liga diubah ke sistem home tournament akan banyak sekali suporter dan penonton yang kecewa,” tukas dia.
“Kalau home tournament di tempat netral dipastikan stadion sepi, atmosfernya akan jauh berbeda karena hanya segelintir suporter klub yang hadir. Kami juga mengharapkan suporter klub lain menolak keputusan ini,” kata Iqbal.
Karena itu, Skull berharap pihak manajemen menolak keputusan ini dan meminta PT LIB mengembalikan kompetisi seperti kesepakatan semula.
Menurut dia, kondisi buruk ini membuat kepercayaan publik kepada PSSI kian rendah. Apalagi, praktik seperti ini terus berulang. “Kalau di Liga Eropa dan Liga profesional lain, di awal musim kita selalu penasaran dengan bursa transfer pemain-pemain baru.”
“Namun di Liga Indonesia kita selalu dibuat penasaran format Liga seperti apa lagi yang bakal dijalankan, karena terus berubah-ubah. Sekarang diperparah dengan adanya perubahan di tengah kompetisi. Sungguh tidak profesional,” tukas dia.
Media dan Public Relations LIB, Hanif Marjuni ketika dihubungi Waspada mengatakan, pihaknya mendapat informasi masih sulit mendapat izin keamanan. “Makanya home tournament jadi solusi,” ucap dia.
Pada sisi lain, sambung dia, pihaknya juga menerima surat permohonan dari lima klub yang meminta agar LIB menggelar babak 8 besar dalam sistem home tournament.
Kelima klub tersebut adalah Sriwijaya FC, PSMS Medan, Martapura FC, Persita Tangerang dan Mitra Kukar. Sedangkan Persiraja dan Persewar tetap ingin sesuai regulasi yakni home and away. Sedangkan Persik Kediri memilih ikut yang terbaik saja.
Komentar