ACEHFOOTBALL.net — Malam di Dortmund menjadi saksi sebuah drama penuh emosi. Tiga gol, semangat pantang menyerah, dan sebuah gol bunuh diri menjadi bumbu laga yang membuat siapa pun sulit mengalihkan pandangan.
Borussia Dortmund menang 3-1 atas Barcelona dalam leg kedua perempat final Liga Champions di Signal Iduna Park, Rabu malam (16/4/2025). Tapi ironisnya, kemenangan itu justru menyisakan luka.
Pasalnya, hasil ini belum cukup untuk membalikkan kekalahan telak 0-4 di leg pertama. Dengan agregat 5-3, Barcelona tetap tersenyum, meninggalkan tuan rumah dengan rasa kecewa yang dalam.
Serhou Guirassy layak disebut pahlawan yang tak mendapat akhir bahagia. Striker berdarah Guinea itu mencetak tiga gol (11’, 49’, 76’) yang membuat publik tuan rumah sempat bermimpi. Mimpi bahwa “remontada” bukanlah sekadar dongeng indah milik tim lain.
Begitu penalti masuk di menit ke-9, atmosfer stadion berubah. Sorak-sorai penonton menjadi bahan bakar semangat para pemain Dortmund.
Serangan demi serangan mengalir deras, membuat Barcelona panik. Lini belakang Blaugrana terlihat goyah—sesuatu yang jarang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Ketika gol kedua lahir dari sundulan Guirassy di awal babak kedua, stadion meledak. Harapan makin membumbung tinggi. Tapi hanya berselang lima menit, takdir berkata lain.
Sebuah umpan silang dari Fermin Lopez memaksa Ramy Bensebaini melakukan penyelamatan. Namun langkahnya keliru. Bola malah masuk ke gawang sendiri. Gol bunuh diri yang mungkin akan menghantuinya dalam waktu lama.
Barcelona memang bukan dalam performa terbaik malam itu. Bahkan mereka hanya mampu melepaskan dua tembakan tepat sasaran sepanjang pertandingan. Tapi mereka tetap bertahan, dengan tenang, dan dengan strategi yang solid.
Szczesny—penjaga gawang yang sempat membuat kesalahan di awal—berkali-kali menjadi penghalang bagi Dortmund untuk mencetak lebih banyak gol. Di belakang, Pau Cubarsi dan Ronald Araujo berjibaku menyapu setiap peluang berbahaya.
Dan ketika waktu semakin menipis, pemain Barcelona mengontrol tempo. Bukan dengan dominasi total, tapi dengan kecerdikan dan pengalaman. Di menit-menit akhir, Dortmund terlihat kehabisan bensin. Sorakan berubah jadi harap-harap cemas. Dan ketika peluit panjang berbunyi, laga pun berakhir—bersama mimpi besar Dortmund.
Ada cerita dalam setiap pertandingan, dan laga ini salah satunya. Dortmund menang, tapi gagal lolos. Barcelona kalah, tapi tetap tersenyum.
Seperti itulah sepak bola. Tak selalu soal siapa yang mencetak gol lebih banyak malam ini, tapi tentang siapa yang melangkah lebih jauh.
Dan malam ini, Barcelona lah yang akan bersiap untuk semifinal—membawa cerita bertahan di tengah badai, dan lolos dari tekanan di stadion yang tak ramah.
Komentar